Tembangtembangan jaman Cilik Pada waktu dulu masih kecil kita sering menyanyikan lagu-lagu atau tembang dolanan, atau tembang lain yang ti Ê lalá-lay-êCanto para embalar o filhoÊ lalá-lay-êUm estribilhoÊ lalá-lay-êVento a soprar no rioÊ lalá-lay-êUm assobioUm sino a baterLá longe repetindoÊ lalá-lay-êQue lindoÊ lalá-lay-êVejo lá no céu sorrindoÊ lalá-lay-êO sol se abrindoÊ lalá-lay-êO perfume de uma florÊ lalá-lay-êO nosso amorUm sino a baterLá longe repetindoÊ lalá-lay-ê ... Que lindo!
Padawaktu dulu masih kecil kita sering menyanyikan lagu-lagu atau tembang dolanan, atau tembang lain yang tiba-tiba kita hafal karena kita nyanyikan tiap hari dan menjadi bagian dari permainan kita. Nah berikut ini adalah beberapa tembang masa kecil itu. 1. Gundul Gundul Pacul Gundul-gundul paculcul gembelengan Nyunggi-nyunggi wakulkul gembelengan Wakul ngglimpang segane dadi sak latar
JoyceMandacaru, xique-xique, facheiroBaião de dois, dança de cangaceiro _ ê, baiãoChapéu de couro, gibão, cartucheiraFaca, punhal, parabelo e peixeira _ ê, baiãoSol de braseiro, faísca e centelhaVento de fogo, poeira vermelhaPoço e cacimba de água barrentaHomem, criança e mulher bexiguentaMaleita, calor, fome e pesteSina maldita do chão do Nordeste _ ê, baiãoPele e carcaça de bicho caídoGente comendo de cobra de vidro _ ê, baiãoPedra , cascalho, graveto, espinheiroPovo rodando no pó do terreiroFesta sem fim no forró do sertãoDeus e o diabo na dança do a zabumba com o filho do capetaE a viola no peito do cristãoO porteiro do inferno na caixetaE no fole o padim Ciço RomãoOlha um anjo batendo na sinetaE o triângulo no dedo do CãoE girando que nem dois carrapetaMaria Bonita e LampiãoE quem escuta vem chegando feito DominguinhoE do lado, Oswaldinho do AcordeonE o Quinteto Violado com Sivuca e HermetoPra ficar tudo certo, pra ser tudo bomDuvido nada que na hora chegue GordurinhaE o pandeiro de Jackson, pelo salãoDeus e o diabo batem palma quando chega eleÉ Luiz Gonzaga, é o Lua, é o rei do sem fim no forró do sertãoDeus e o diabo na dança do baião!Compositor Joyce / Paulo Cesar PinheiroOuça estações relacionadas a Joyce no
E.,Dayohe Teka Masih ingatkah kita akan tembang yang sering kita mainkan di waktu kita masih kecil bersama teman teman kita di jalan maupun dipelataran rumah.? Ternyata tembang tersebut serat akan makna dan pesan dari para wali.

E Dayohe Teko S-sht, Pak Gareng teko Kulonuwun, dek, aku bocah jowo Aku gandrung, dek, amargo tresno Opo tenan, mas, satyo tresno kula Kangmas, ngganteng e koyo Arjuno E dayohe teko, ee jerengno kloso E klosone bedah, ee ditambal jadah Malem Minggu lagek enak-enake mlaku Aku tresno, dek, karo sliramu Opo tenan, mas, satyo tresno aku Aku gelem, mas, lamaren aku E dayohe teko, ee jerengno kloso E klosone bedah, ee ditambal jadah Kayu randu, dek, neng tengah kebon Aku pasrah, mas, wes pasrah barang Biru-biru-biru-biru, alah, dek, kui klambimu Gek dang ngatur, mas, rino lan iku E dayohe teko, ee jerengno kloso E klosone bedah, ee ditambal jadah Kulonuwun, dek, aku bocah jowo Aku gandrung, dek, amargo tresno Opo tenan, mas, satyo tresno kula Kangmas, ngganteng e koyo Arjuno E dayohe teko, ee jerengno kloso E klosone bedah, ee ditambal jadah Kayu randu, dek, neng tengah kebon Aku pasrah, mas, wes pasrah barang Biru-biru-biru-biru, alah, dek, kui klambimu Gek dang ngatur, mas, rino lan iku E dayohe teko, ee gelarno kloso E klasane bedah, ee ditambal jadah E dayohe teko, ee gelarno kloso nandur pari neng tengah sawah E klasane bedah, ee ditambal jadah rawane siji, jokone mblatak E dayohe teko, ee gelarno kloso E klasane bedah, ee ditambal jadah pari gogo gawe neng wit E dayohe teko, ee gelarno kloso E klasane bedah, ee ditambal jadah senenge njiwit E dayohe teko, ee gelarno kloso cekap sementen piatur kula E klasane bedah, ee ditambal jadah menawi lepat nyuwun ngapuro E dayohe teko, ee gelarno kloso E klasane bedah, ee ditambal jadah E dayohe teko, ee gelarno kloso CreditsWriters Didi Kempot Lyrics powered by Link © 2023 All rights reserved. Website image policy Rockol Rockol only uses images and photos made available for promotional purposes “for press use” by record companies, artist managements and agencies. Said images are used to exert a right to report and a finality of the criticism, in a degraded mode compliant to copyright laws, and exclusively inclosed in our own informative content. Only non-exclusive images addressed to newspaper use and, in general, copyright-free are accepted. Live photos are published when licensed by photographers whose copyright is quoted. Rockol is available to pay the right holder a fair fee should a published image’s author be unknown at the time of publishing. Feedback Please immediately report the presence of images possibly not compliant with the above cases so as to quickly verify an improper use where confirmed, we would immediately proceed to their removal.

Edayohe teko, e gelarno kloso. E klosone bedah, e tambalen jadah. E jadahe mambu, e pakakno asu. E asune mati, e kelekno kali. E kaline banjir, e kelekno pinggir. "Lagu anak-anak tersebut jangan dianggap remeh, karena lagu tersebut memiliki nilai filosofi," ujar Cak Nun. Lagu tersebut mewakili kondisi bangsa Indonesia saat ini.

"e dayohe teko, e gelarno kloso, e klosone bedah, e tembelen jadah, e jadahe mambu, e pakakno asu, e asune mati, e buak en kali, e kaline banjir, e buwaken pinggir,," Salah satu lagu anak-anak yang diciptakan oleh orang tua jaman Sunan Kalijogo dulu. Lagu itu ku dengar di nyanyikan dengan aransemen Kiai kanjeng sendiri dengan alat-alat musik moderen tapi tetap tercium khas jawanya. Masih terdengar gamelan-gamelan yang khas pula. Aku sering dengar lagu itu, tapi aku tak cukup tahu apa arti dan maksudnya. Hanya saja pernah ku dengar sebagian menjelaskan artinya. Tapi yang aku dapatkan tentang makna lagu itu dari Cak Nun yang mengisi acara HUT Tuban 720 pada hari Jum'at 29/11 bersama Kiai Kanjeng adalah Cak Nun bilang bahwa makna dari lagu itu adalah tentang Manajemen Hidup. Lebih tepatnya Manajemen menghadapi apapun yang hadir dalam hidup. Lagu itu mengajarkan kepada kita bahwa masalah dalam hidup itu selalu datang bertubi-tubi. Dari kalimat pertama, 'Dayohe Teko' artimya "Tamunya Datang' itu merupakan kiasan bahwa ada masalah yang harus dihadapi. Lalu kita dianjurkan 'Gelarno kloso', sebagai kiasan agar kita bersiap dan mampu dengan baik memetakan masalah apapun. Tapi terkadang masalah itu tidak semudah yang ada di pikiran kita, diistilahkan dengan 'Klosone Bolong'. 'Tembelen Jadah', Jadah di istilahkan dengan silaturrohim kita yang rekat dengan orang lain, dengan begitu kita bisa meminta saran dll. Jika saran-saran itu bisa membantu kita maka masalah usai, tapi jika tidak mungkin karena kita bertanya kepada yang bukan ahlinya maka justru solusi itu tidak berguna bahkan usang yaitu 'Jadahe Mambu/Basi'. 'Pakakno Asu' Solusi yang basi itu ada baiknya kita berikan saja pada orang lain yang lebih cocok menerimanya. Tapi sayangnya, terkadang yang kita beri saran atau solusi tersebut bukan terimakasih tapi malah mati akalnya dan tidak bisa menerima, 'Asune Mati' Biarlah, 'Buak en Kali' buang saja ke kali apa-apa yang merisaukan kita. 'Kaline Banjir', kali banjir itu akan meluap ke sekitarnya, kalau toh orang yang di sekitar kali yang banjir itu akan ikut mendapat bahaya jika kita buang hal-hal yang tidak penting itu di kali, maka.. 'Buwaken Pinggir' , kesampingkan. letakkan di tempat yang paling aman masalah-masalah kita itu. Karena jika diri kita saja merasa cobaan itu mengganggu kita, maka jangan sampai cobaan itu mengganggu orang lain.
1 GUNDUL GUNDUL PACUL Gundul-gundul paculcul gembelengan Nyunggi-nyunggi wakulkul gembelengan Wakul ngglimpang segane dadi sak latar Wakul ngglimpang segane dadi sak latar
May 9, 2021 Beberapa waktu lalu, saya mendengarkan sebuah tembang/ lagu yang bisa jadi hanya dikenal oleh anak-anak tahun 70-80an. Satu lagu dolanan yang dinyanyikan sembari bermain bersama dengan teman sejawat. Syair dari lagu dolanan ini sebetulnya memiliki makna yang cukup dalam atau mengandung filosofi kehidupan mengenai manajemen konflik. Bagaimana bisa sebuah lagu dolanan memiliki filosofi akan kehidupan? dan siapa sebenarnya pencipta lagu dolanan tersebut? Saya coba utarakan dalam tulisan berikut, dengan mengambil dari beberapa sumber lagu yang saya coba susun ulang agar syair lagu benar-benar lengkap. E Dayohe Teko Lagu “E Dayohe Teko” konon diciptakan oleh Prabu Djoyoboyo yg terkenal dengan keahlian dalam meramal. Ada sebuah video yang sangat rinci menjelaskan tentang lagu ini, bahkan syair lagu ini ditulis dalam huruf Jawa Kuno. Silahkan cek di sini. Makna dibalik Lagu “E Dayohe Teko” Karya Djoyoboyo – Jabalahad TV Syair Lagu “E Dayohe Teko” Syair lagu “E Dayohe Teko” yang saya susun ulang berdasarkan beberapa sumber yang saya peroleh seperti berikut E dayohe tekoE gelarno klosoE klosone bedahE tambelen jadahE jadahe mambuE pakakno asuE asune matiE buak neng kaliE kaline banjirE kelek no pinggirE pinggire yo santerE centelno pagerE pagere ambrukE mergo tak tubrukE sopo sek nubruk E sek nubruk Asu Dari syair lagu ini sebetulnya bisa dimengerti oleh orang Jawa lantaran menggunakan bahasa Jawa Ngoko atau bahasa percakapan pada umumnya. Selanjutnya, apa saja makna atau filosofi yang tersirat dalam lagu dolanan ini. Berikut sedikit pengertian dari saya. Manajemen Konflik Lagu E Dayohe Teko’ memiliki makna mengenai manajemen konflik atau bagaimana cara yang tepat dalam menghadapi berbagai konflik/ masalah kehidupan. Bait pertama merupakan permasalahan yang dinyatakan dalam ungkapan E.., Ealah, E iki piye, dan sebagainya. Sedangkan bait kedua merupakan solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi. Satu point utama adalah pada saat mengambil sebuah solusi hendaknya solusi tersebut harus tepat dan benar-benar menyelesaikan permasalahan agar tidak menimbulkan permasalahan baru. Dalam lagu ini solusi yang dicontohkan jika kita mengambil solusi yang tidak tepat, maka akan menyebabkan masalah lain. Masalah baru yang muncul kemudian dicoba untuk diselesaikan dengan solusi berikutnya yang menemukan pengaruh terhadap kondisi yang ada. Hingga di akhir lagu menjelaskan bahwa sumber masalah di kehidupan kita, adalah diri kita sendiri. Baik karena tidak bisa mengambil solusi yang tepat, tidak menghiraukan pendapat orang lain, tidak mau mempelajari kondisi sekitar, tidak mau mencari alternatif literasi, keegoisan, tingkat emosi, dan hal-hal lain yang melandasi diri kita menjalani fase permasalahan kehidupan. Pilihlah solusi yang tepat untuk satu permasalahan dan selesaikan setiap masalah dengan tuntas. Permasalahan hidup antara yang satu dengan yang lain tidak lah sama karena beberapa faktor baik karena usia, tingkat pendidikan, keterlibatan keluarga, atau karakter yang dimiliki. Orang-orang yang usianya sudah lebih tua, tentu sudah banyak makan asam garam kehidupan. Karena sudah lebih dulu melampui kehidupan dibanding orang-orang sesudahnya. Sehingga bisa jadi para orang tua dalam menyikapi permasalahan lebih bijak. Manajemen konflik yang tersirat dalam lagu dolanan E Dayohe Teko’ adalah bagaimana kita ketika mendapatkan masalah, kita harus menemukan solusi dari masalah tersebut agar terselesaikan. Dan yang paling penting adalah tanggung jawab kita berperan dalam menyelesaikan yang mungkin kita-lah sumber masalah tersebut.
21Lagu Dolanan 11 November 2017 · Lagu2 DoLanan _*Sinten nggih ingkang sampun kesupen..? Sumangga dipun apalaken malih kagem para putra*_ 1. *GUNDUL GUNDUL PACU L* e Seng ngawe awe Ngelingake ojo podho turu sore 4. *TIKUS BUNTUNG* Tikus buntung . Nduwe anak .. Buntung ..
Nyanyian Rakyat Jawa “E dayohe teko” Oleh Muhammad Andi Fitrahman Nyanyian rakyat atau dalam ilmu folklor disebut dengan folksongs. Menurut Jan Harold Brunvand, nyanyian rakyat merupakan bentuk folklor yang terdiri dari kata-kata dan laguDanadjaja, 2007141. Nyanyian rakyat memiliki varian sebab penyebarannya yang luas dan secara lisan sebagaimana dongeng. Jika membahas tentang nyanyian rakyat di Indonesia pasti tanggapannya O.. banyak sekali! Bagaimana tidak, suku di Indonesia terkenal dengan jumlah dan macam-macamnya yang sangat banyak. Jadi, tidak salah lagi jika nyanyian rakyatnya juga begitu banyak. Dalam pembahasan ini saya akan membahas sebuah nyanyian rakyat jawa yaitu “E dayohe teko”. Bagi masyarakat Jawa yang Jawa, pasti tidak asing dengan lagu atau tembang ini. Sebuah lagu yang sangat cocok untuk memberikan petuah bahkan jika ingin menyampakan berpuluh-puluh petuah tetap tidak masalah. Sebab, lirik lagu tersebut selalu berlanjut sesuai yang menyanyikan sanggup merangkai kata sampai dia tidak sanggup lagi. Maka, tidak salah jika lagu tersebut memiliki beberapa varian. Berikut adalah lirik dasarnya E dayohe teko E dayohe teko E gelarno kloso E klosone bedah E tembelen jadah E jadahe mambu E pakakno asu E asune mati E buak en kali E kaline banjir E buak en pinggir Terjemahan E tamunya datang E tamunya datang E gelarkan tikar E tikarnya robek E tambalkan jadah E jadahnya bau E kasihkan anjing E anjingnya mati E buang ke sungai E sungainya banjir E buang ke pinggir Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya lirik di atas merupakan lirik dasar. Mengapa saya menyebutnya dasar? Sebab lirik tersebut jika kita tinjau dan membaca beberapa literasi akan ada beberapa varian setelah lirik E buak en pinggir. Bahkan tidak hanya lirik setelah itu kata buak en tersebut dalam beberapa varian ada yang memakai kata guak en, kelek no dan lain sebagainya. Tapi hal itu tidak dipermasalahkan sebab maksud tujuannya juga sama yakni, untuk membuangnya. Untuk masalah penerjemahan lirik, sekiranya itu sudah tepat sesuai dengan arti baku dari per kata dan dapat dimengerti. Jadi, tidak perlu bersusah payah menerjemahkan kata atau menentukan arti yang sekiranya tepat dengan kata aslinya. Perlu diketahui bahasa jawa dalam hal penerjemahan ke bahasa Indonesia tidak serumit bahasa Inggris yang menurut saya tidak konsisten, arti baku dari kata tertentu jika dipakai dalam sebuah kalimat bisa berubah arti dan maknanya. Bahasa jawa tidak demikian, jika kata baku berarti …. dan ketika digunakan dalam kalimat artinya pun akan sama .… tidak ada perubahan. Misalnya, kata “Yang” dalam bahasa jawa “seng” dan ketika dipakai dalam kalimat tetap memakai “seng” bukan yang lain. Beda dengan bahasa inggris untuk kata “Yang” dapat memakai that, who, what, bukankah ketiga kata tersebut memiliki arti dasar sendiri? Berikut sedikit pengetahuan tentang penerjemahan bahasa jawa. Baik, kembali lagi kepembahasan lagu E dayohe teko. Karena pada penjelasan sebelumnya saya mengatakan bahwa akan membahas lagu tersebut. Jadi, sah-sah saja jika saya membahas ke yang lain tidak hanya seputar arti ataupun makna yang terpenting tetap dalam wilayah pembahasan lagu E dayohe teko. Untuk arti mungkin sudah dapat dimengerti dan untuk makna mungkin saya akan membahas sedikit. Sebab sudah banyak literasi-literasi yang mengulas makna pada lagu tersebut.. Dan Perlu diketahui dalam hal penafsiran atau pemaknaan ada beberapa varian, kenapa saya mengatakan seperti itu? Sebab, ada beberapa tipe pemaknaan ada yang menggunakan persepektif dari rangkainan kalimat, ada yang menggunakan dari perspektif rujukan katamaksud kata atau menelusuri kata tersebut sebenarnya tersirat dalam bahasa apa dan lain sebagainya. Sama seperti pemaknaan dalam lagu ini saya mencoba menggunakan pemahaman makna kalimat dan rujukan beberapa literasi. Dalam kalimat E dayohe teko, bahwasanya kita harus tahu kalau dikehidupan ini kita tidak terlepas dengan yang namanya hal-hal yang akan datang menghampiri kita entah itu tamu yang berupa manusia, takdir, nasib, masalah ataupun yang lainnya. E gelarno kloso, setelah kita memahami dan menyadari bahwa dalam kehidupan kita akan menerima hal-hal yang akan menghampiri maka kita disarankan untuk menggelarkan atau meluaskan hati dan ikhlas sebagaiman tikar yang ikhlas menerima sesuatu yang diletakkan diatasnya dan walaupun diinjak-injak. E klosone bedah, Nah disini kita mendapatkan masalah yakni, tikarnya rusak atau robek yang dapat dimaknai bahwa hati atau wadah perasaan manusia ini dapat mengalami sebuah kerusakan atau perlu kita ingat dibeberapa manusia pasti ada hatinya yang telah rusak sehingga tidak mampu menahan masalah yang datang. E tambalno jadahmakanan jawa yang lengket. Ketika hati telah rusak dan tidak mampu menahan masalah-masalah yang akan datang. Maka perlu yang namanya perbaikan, tidak harus dengan perihal yang muluk-muluk semisal sampai diruqiyah, dengan solusi apapun walaupun itu sederhana yang terpenting mampu mengembalikan hati sebagaiman fungsinya. E jadahe mambu, Jika solusi yang sederhana itu juga tidak mampu mengembalikan hati kita maka solusi tersebut menjadi sia-sia belaka. E pakakno asu, Jika solusi tersebut tidak merespon sama sekali dengan hati yang telah rusak itu. Mungkin ada baiknya jika solusi itu kita bagikan kepada orang lain siapa tahu, jika orang lain yang menggunakan akan lebih bermanfaat. E asune mati, tapi terkadang solusi yang kita berikan ke orang lain juga tidak berefek maka hal itu lebih menjadi sia-sia lagi. E buak en kali, coba dibagikan dimasyarakat kira-kira seperti apa menjadi sesuatu yang bermanfaat atau malah menjadi masalah. E kaline banjir, dan jika benar malah menjadi masalah besar. E buak en pinggir, Maka bisa kita simpulkan bahwa sekecil apapun cara, solusi ataupun pendapat kita perlu hati-hati, pahami terlebih dahulu kira-kira bermanfaat atau malah menjadi masalah bagi orang lain apalagi jika kita mencoba sebarluaskan. Dan solusi terakhirnya jika hasilnya begitu. Baiknya kita ambil kembali dan jangan disebarluaskan lagi. Demikian pemaknaan singkat dari lagu E dayohe teko. Yang membuat menarik dari lagu ini adalah bahwa dikehidupan ini kita akan selalu dihadapi sebuah masalah tapi jangan khawatir setiap masalah pasti ada solusinya walaupun berakhir panjang sebagaimana lagu tersebut yang terus berjalan, bait pertama sebagai masalah maka bait kedua sebagai solusi begitu seterusnya. Selain itu, ada fakta menarik dari lagu ini terhadap suku jawa. Jika umumnya kita mendapat atau menerima informasi terbaru kita mengucapkan kata “O” sebagai respon atau jawaban bahwa kita baru tahu. Suku jawa pun seperti itu namun beda kata yang diucapkan bukan kata “O” melainkan “E” khususnya orang jawa yang masih jawa. Semoga kalian semua dapat memahami beberapa kata tersirat saya. Hal tersebut semata saya mengajak kalian untuk dapat merasakan pula atmosfer yang saya bahas ini setidaknya turut “berpikir” memikirkan maksud-maksud kata atau kalimat-kalimat tersirat saya. Melalui tulisan ini saya sangat berharap agar budaya Indonesia tetap terlestarikan dan memotivasi para penerus bangsa khususnya. Agar lebih perduli, kritis akan sesuatu yang kecil maupun yang besar dan memahami kondisi bangsa kita. Referensi Danandjaja, James. 2007. Folklor INDONESIA. Jakarta PT Pustaka Utama Grafiti
Thelatest Tweets from Yehezkiel Susanto (@tian_santo): "Ini nih e.. dayohe teko…ee gelarno kloso … ee.. klasane bedah…ee tambalno jadah.. ee.. jadahe mambu .. ee pakakno asu… ee..asune mati …ee guwakno kali.. ee.. kaline banjir.. ee guwak neng pinggir.. Dalam bahasa Indonesia artinya Dayohe teko Tamunya datang. Gelarno kloso digelarkan tikar. Klosone bedah tikarnya robek Tambalno jadah Ditambal jadah ketan. Jadahe mambu Ketanya bau Pakakno asu kasihkan ke anjing. Asune mati anjingnya mati. Guwakno kali buang ke kali Kaline banjir kalinya banjir. guwak ning pinggir buang di pinggir. Saya sering mendengar tembang dolanan di atas sewaktu kecil. Tak pikir mung dinggo lucu-lucuan. Namun di balik kelucuan itu terletak pesan moral tentang penyelesaian masalah yang buruk. Sebuah praktik mis-manajemen permasalahan yang dapat dilihat di berbagai lapisan dari atas ke bawah. Kapan kah saat “Klasane bedah” lalu ambil karpet untuk si tamu di praktekan? Just Ibn
EDayohe Teko (dinyanyikan pakai nada lagu unyil) E Dayohe Teko E Gelarno Kloso E Klosone Bedah E Tambalen Jadah E Jadahe Mambu E Pakakno Asu E Asune Mati E Guwaken Kali Sebenarnya Masih Banyak Tapi Ane Males Ngetik. 12-05-2017 08:43 . Diubah oleh 19:43 . 0.
Pourtélécharger le mp3 de E Dayohe Teko, il suffit de suivre E Dayohe Teko mp3 If youre looking to download MP3 tracks for free there are some things you must consider. The first is to make sure that the downloader you are using isnt cost-free, and it is compatible with the platform youre using. This way, youll have the ability to download the files whenever youd like to. If youre not sure 2LKU.
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/362
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/974
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/196
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/37
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/910
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/10
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/831
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/440
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/73
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/703
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/990
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/341
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/399
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/372
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/499
  • lagu e dayohe teko e gelarno kloso