Namun Yesus Sang Juruselamat tidak melakukan hal ini; Dia melakukan hal yang bertentangan dengan pemahaman manusia. Dia tidak datang ke antara orang-orang yang mendambakan kedatangan-Nya kembali, dan Dia tidak menampakkan diri kepada semua orang sembari menaiki awan putih. Dia sudah datang, tetapi manusia tidak tahu, dan tetap tidak mengetahuinya.

Navigasi cepat Cara Tepatnya Tuhan Akan Kembali dalam Wahyu 1 ayat 7 Akan Digenapi Dengan Cara Ini Telah Kembali Secara Diam-diam sebagai Anak Manusia "Lihatlah, Dia datang dengan awan-awan; dan setiap mata akan melihat-Nya, juga mereka yang menikam Dia dan semua orang di bumi akan meratap karena Dia. Jadilah demikian, Amin" Wahyu 17. Hari ini, mari kita jelajahi dan bersekutu apa arti kata "dan semua orang di bumi akan meratap" dalam Wahyu 1 ayat 7 dan bagaimana ayat ini akan digenapi. Bagaimana Cara Tepatnya Tuhan Akan Kembali Untuk mengetahui bagaimana nubuatan dalam Wahyu 1 ayat 7 akan digenapi, mari kita cari jawabannya dalam nubuatan alkitab tentang bagaimana Tuhan akan datang kembali. Sebenarnya, selain nubuatan dalam Alkitab tentang kedatangan Tuhan secara terbuka di atas awan-awan, ada nubuatan lain yang mengatakan bahwa Tuhan datang secara diam-diam. Misalnya, Wahyu 1615, "Lihatlah, Aku datang bagaikan pencuri." Dan Matius 25 6, "Dan pada tengah malam terdengar teriakan, 'Lihat, mempelai laki-laki datang; keluarlah menyambutnya.'" Perkataan dalam ayat alkitab ini "bagaikan pencuri" dan "pada tengah malam terdengar seruan" mengacu kepada kedatangan Tuhan di akhir zaman adalah secara diam-diam dan secara rahasia. Selain itu, Matius 2427 mengatakan, "Karena sama seperti kilat datang dari arah timur dan bersinar ke arah barat, demikianlah kedatangan Anak Manusia kelak" ” Matius 24 ayat 44 berkata, "Karena itu hendaklah engkau berjaga-jaga sebab Anak Manusia akan datang pada waktu yang tidak engkau duga" Lukas 1724-25. mengatakan, "Karena sama seperti kilat yang memancar dari satu bagian di bawah langit, bersinar sampai ke bagian lain di bawah langit; demikian juga Anak Manusia saat hari kedatangan-Nya tiba. Tetapi pertama-tama Dia harus mengalami berbagai penderitaan dan ditolak oleh generasi ini." Dalam ayat-ayat ini, Tuhan Yesus berkali-kali menyebutkan bahwa kedatangan-Nya adalah "kedatangan Anak Manusia”. "Anak Manusia” yang mengacu pada seseorang yang lahir dari manusia dan dengan kemanusiaan yang normal. Jika Dia menampakkan diri secara langsung kepada manusia secara roh atau dengan tubuh spiritual, maka Dia tidak dapat disebut sebagai Anak Manusia. Misalnya, Tuhan Yahweh adalah Roh, sehingga tidak bisa disebut Anak Manusia. Tuhan Yesus yang berinkarnasi disebut Anak Manusia dan Kristus karena Dia adalah inkarnasi dari Roh Tuhan yang menjadi manusia biasa,normal dan hidup di antara karena itu, "kedatangan Anak Manusia" dan "Anak Manusia datang" yang Tuhan Yesus bicarakan berarti bahwa Tuhan akan datang dalam daging ketika Dia datang kembali di akhir zaman. Oleh karena Tuhan akan datang secara diam-diam di akhir zaman sebagai Anak Manusia yang memiliki penampilan biasa dan normal di luar sehingga orang tidak akan menyadari identitas-Nya atau mengenali-Nya sebagai Tuhan yang berinkarnasi; mereka akan mudah memperlakukan Tuhan yang berinkarnasi seperti orang biasa sehingga mengutuk dan menolak-Nya. Sama seperti ketika Tuhan Yesus menampakkan diri dan bekerja secara inkarnasi, Dia dikutuk dan ditolak oleh manusia. Nubuatan dalam Wahyu 1 ayat 7 Akan Digenapi Dengan Cara Ini Sekarang kita telah mengerti bahwa masih ada nubuatan tentang kembalinya Tuhan secara rahasia sebagai Anak Manusia, maka mudah untuk memahami bagaimana nubuatan dalam Wahyu 1 7 akan digenapi. Menurut nubuatan, kedatangan Tuhan yang kedua kali akan pertama-tamanya secara rahasia, dan setelah itu dia akan menampakkan diri secara terbuka kepada manusia di atas awan. Lantas, bagaimana kedua cara kedatangan Tuhan itu digenapi? Tuhan Yesus bernubuat "Ada banyak hal lain yang bisa Kukatakan kepadamu, tetapi engkau tidak bisa menerima semuanya itu saat ini. Namun, ketika Dia, Roh Kebenaran itu, datang, Dia akan menuntun engkau sekalian ke dalam seluruh kebenaran karena Dia tidak akan berbicara tentang diri-Nya sendiri; tetapi Dia akan menyampaikan segala sesuatu yang telah didengar-Nya dan Dia akan menunjukkan hal-hal yang akan datang kepadamu" Yohanes 1612-13. "Dia yang menolak Aku dan tidak menerima firman-Ku, sudah ada yang menghakiminya firman yang Aku nyatakan, itulah yang akan menghakiminya di akhir zaman" Yohanes 1248. 1 Petrus 417 berkata, "Karena waktunya akan datang penghakiman harus dimulai di rumah Tuhan." Wahyu 312 mengatakan, "Dia yang menang akan Kujadikan pilar di dalam bait Suci Tuhan-Ku dan ia tidak akan keluar lagi." Kita dapat melihat dari ayat-ayat ini bahwa ketika Tuhan datang kembali di akhir zaman, Dia akan mengungkapkan kebenaran dan melakukan pekerjaan penghakiman yang dimulai dari rumah Tuhan. Artinya, pada akhir zaman Tuhan pertama-tamanya akan berinkarnasi secara rahasia sebagai Anak Manusia untuk mengungkapkan firman-Nya dan melakukan pekerjaan penghakiman dan pemurnian manusia. Barangsiapa yang menerima penghakiman dan hajaran dari firman Tuhan dan memiliki pemurniaan dan perubahan dalam watak rusak saat Tuhan yang berinkarnasi bekerja secara rahasia adalah gadis-gadis bijaksana dan pemenang yang dihasilkan sebelum bencana. Mereka dapat menikmati berkat yang kekal yang di anugerahkan oleh Tuhan. Ketika pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi untuk menyelamatkan manusia secara rahasia selesai, Tuhan akan menurunkan bencana besar untuk memberi upah yang baik dan menghukum yang jahat. Kemudian Tuhan akan muncul secara terbuka kepada semua bangsa dan saat itu, semua orang yang menentang, menolak dan mengutuk Tuhan selama periode pekerjaan rahasia-Nya akan tercengang, mereka semua akan melihat bahwa orang yang telah mereka menentang, mengutuk dan menolak memang adalah Tuhan Yesus yang datang kembali, adalah Kristus di akhir zaman dan dengan demikian mereka akan memukul dada mereka, meratap dan mengertakkan gigi. Jadi, begitulah bagaimana pemandangan ratapan semua orang akan muncul. Ini memenuhi nubuat dalam Wahyu 1 7, "Lihatlah, Dia datang dengan awan-awan; dan setiap mata akan melihat-Nya, juga mereka yang menikam Dia dan semua orang di bumi akan meratap karena Dia. Jadilah demikian, Amin" Dari pekerjaan Tuhan, kita melihat kebenaran, kemahakuasa dan kebijaksanaan Tuhan. Tuhan Telah Kembali Secara Diam-diam sebagai Anak Manusia Sekarang, Tuhan telah lama diam-diam kembali dalam daging sebagai Tuhan Yang Mahakuasa, Kristus di akhir zaman. Tuhan Yang Mahakuasa mulai muncul dan bekerja pada tahun 1991, telah mengungkapkan jutaan kata—semua kebenaran untuk menyucikan dan menyelamatkan umat manusia serta melakukan pekerjaan penghakiman yang di mulai dari rumah Tuhan. Penampakan dan pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa benar-benar memenuhi nubuatan Tuhan datang secara rahasia. Penampakan Tuhan telah mengguncang semua agama dan denominasi. Domba-domba Tuhan mendengar suara-Nya—semua orang yang sungguh-sungguh percaya Tuhan dan haus akan kebenaran, setelah membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa, yakin bahwa itu adalah kebenaran dan suara Tuhan. Satu demi satu, mereka telah menerima Tuhan Yang Mahakuasa dan diangkat ke hadapan takhta Tuhan. Barangsiapa yang menerima pekerjaan penghakiman Tuhan melalui firman Tuhan, mereka akan dapat melepaskan diri dari ikatan dosa, mencapai pemurnian dan keselamatan Tuhan, dijadikan pemenang sebelum bencana. Sekarang ini adalah tahap pekerjaan penyelamatan Tuhan Yang Mahakuasa secara tersembunyi dalam menyelamatkan umat manusia. Tuhan Yang Mahakuasa mengungkapkan firman-Nya untuk menghakimi dan memurnikan orang. Setelah Dia telah menyempurnakan sekelompok pemenang, pekerjaan besar Tuhan akan selesai dan pekerjaan Tuhan dalam daging inkarnasi secara diam-diam akan berakhir. Kemudian Tuhan akan mulai menurunkan bencana besar untuk memberi upah kepada yang baik dan menghukum yang jahat. Semua yang disempurnakan menjadi pemenang sebelum bencana akan mendapatkan perlindungan Tuhan dan bisa bertahan hidup. Bagi mereka yang tidak menerima pekerjaan Tuhan- kedatangan Tuhan Yang Mahakuasa secara rahasia di akhir zaman, namun menghakimi dan mengutuk Kristus di akhir zaman adalah antikristus yang tersingkapkan oleh pekerjaan Tuhan di akhir zaman. Mereka adalah hamba jahat, lalang, dan adalah orang yang "menikam” Tuhan. Akhirnya, mereka akan ditinggalkan dan disingkirkan oleh Tuhan. Ketika pekerjaan penyelamatan Tuhan secara rahasia sudah selesai, maka nubuat dalam Wahyu 1 7 akan digenapi atas diri mereka—mereka akan meratap dan mengertakkan gigi dan merasa sangat menyesal. Oleh karena itu, jika kita tidak ingin menjadi orang yang menangis dan menggertakkan gigi, dan jika kita ingin dijadikan sebagai pemenang sebelum bencana dan masuk kerajaan Tuhan, maka kita harus menerima penghakiman dan pemurnian firman Tuhan Yang Mahakuasa. Jika kita tidak pernah mencari atau menerima pekerjaan Tuhan-kedatangan rahasia Tuhan Yang Mahakuasa, maka kita pasti akan ditinggalkan dalam tengah bencana dan dihukum. Seperti yang dikatakan oleh firman Tuhan Yang Mahakuasa, "Banyak orang mungkin tidak peduli dengan apa yang Aku katakan, tetapi Aku tetap ingin memberi tahu setiap orang yang disebut orang kudus yang mengikuti Yesus bahwa, ketika engkau melihat Yesus turun dari surga di atas awan putih dengan matamu sendiri, itu akan menjadi penampakan terbuka dari Sang Matahari Kebenaran. Barangkali itu akan menjadi saat yang sangat menyenangkan bagimu, tetapi ketahuilah bahwa saat engkau menyaksikan Yesus turun dari surga, saat itu jugalah engkau turun ke neraka untuk dihukum. Itu akan menjadi saat berakhirnya rencana pengelolaan Tuhan dan menjadi saat ketika Tuhan memberi upah kepada yang baik dan menghukum yang jahat. Karena penghakiman Tuhan sudah akan berakhir sebelum manusia melihat tanda-tanda, pada saat hanya ada pengungkapan kebenaran." Catatan Editor Melalui persekutuan di atas, apakah Anda sudah mengerti arti nubuatan dalam Wahyu 1 ayat 7? Tahukah Anda mengapa semua orang akan meratap dan menggertakkan gigi ketika Tuhan turun di awan-awan? Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan tinggalkan pesan kepada kami atau hubungi kami melalui obrolan online.
Inisecara tepat menggenapi Wahyu 1: 7, "Lihatlah, Dia datang dengan awan-awan; dan setiap mata akan melihat-Nya, juga mereka yang menikam Dia: dan semua orang di bumi akan meratap karena Dia." Kita dapat melihat dari semua ini bahwa selama periode Tuhan Yang Mahakuasa berinkarnasi dan datang secara rahasia untuk bekerja adalah saat yang paling penting ketika Tuhan menyelamatkan umat manusia.
Desakan menyatakan kegigihan, yang berarti penantian, dan bahkan lebih merupakan kerinduan rohani …. Tetapi jika arah desakan kita salah, tidakkah kita akan tersesat? —Catatan Suatu sore di bulan Juni, rasanya gerah, tanpa embusan angin. Saat itu, aku sedang beristirahat di kursi bambu di rumah. Tiba-tiba aku mendengar seseorang memanggil "Bibi." Aku melihat keponakan laki-lakiku Xiaofang, yang ditemani oleh salah seorang temannya yang berpakaian rapi dan terlihat ramah. Lalu aku menerima mereka ke dalam ruangan. Ketika menuangkan air, aku berkata "Apakah kamu punya alasan datang ke sini di hari yang begitu panas?" Xiaofang dengan gembira berkata, "Aku punya berita baik untuk Bibi. Tuhan Yesus yang telah lama kita dambakan telah datang kembali." Setelah mendengar ini, aku tercengang dan berpikir "Hanya Kilat dair Timur yang bersaksi bahwa Tuhan telah datang kembali. Mungkinkah mereka memercayainya? Aku sering mendengar pendetaku mengatakan bahwa saat ini, ada beberapa orang yang mengatakan bahwa Tuhan Yesus telah datang kembali dan melakukan pekerjaan penghakiman dan hajaran. Pendeta meminta kami agar tidak mengindahkan mereka dan memberi tahu kami agar sudah cukup hanya dengan percaya bahwa Tuhan akan datang dengan awan." Jadi aku berkata padanya dengan hati-hati, "Kamu mengatakan bahwa Tuhan Yesus telah datang kembali. Di mana dia? Bagaimana mungkin aku belum pernah melihatnya? Alkitab berkata 'Lihatlah, Dia datang dengan awan-awan; dan setiap mata akan melihat-Nya, juga mereka yang menikam Dia dan semua orang di bumi akan meratap karena Dia' Wahyu 17. 'Mengapa engkau sekalian berdiri memandang ke langit? Yesus yang sama ini, yang terangkat dari antara kalian ke surga, juga akan datang kembali dengan cara yang sama seperti engkau melihat Dia naik ke surga' Kisah Para Rasul 111. Karena itu, aku berpikir Tuhan akan datang kembali di atas awan dan akan terlihat oleh kita." Kemudian Xiaofang berkata "Bibi, kita tidak seharusnya hanya mengandalkan ayat-ayat ini untuk percaya bahwa Tuhan pasti akan datang dengan cara ini. Sebenarnya, banyak bagian Alkitab berisi nubuat-nubuat tentang kedatangan Tuhan ...." Tetapi sebelum Xiaofang selesai bicara, aku langsung menyela "Xiaofang, aku sudah percaya kepada Tuhan lebih lama dari kamu, dan aku tahu lebih banyak dari yang kamu tahu. Jadi bagaimana mungkin aku tidak tahu metode kedatangan Tuhan? Baiklah, kamu bisa datang menemuiku, tetapi jika kamu mencoba membuatku percaya pada Kilat dari Timur, kamu harus pulang. Jika yang mereka saksikan bukanlah Tuhan Yesus yang akan turun dengan awan, aku tidak akan menerima Dia." Setelah itu, temannya juga mengajak aku bersekutu, tetapi aku tetap tidak mengindahkan, memilih untuk sengaja mengabaikannya dan mulai melakukan pekerjaan rumah. Melihat itu, mereka harus pergi. Beberapa bulan kemudian, Saudari Liu dan Saudari Wang dari gerejaku juga mulai percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa, dan mereka juga datang ke rumahku untuk memberitakan Injil kedatangan Tuhan kembali. Tetapi tidak peduli apa yang mereka katakan padaku, aku tetap bersikeras bahwa Tuhan akan turun ke awan untuk membawa kita ke kerajaan surga, dan setelah itu mengirim bencana besar untuk menghancurkan dunia yang tua ini. Dengan keras kepala berpegang teguh pada gagasanku, ketika keponakan dan kedua saudari dari gerejaku memberitakan Injil kerajaan itu padaku, aku menolak mereka semua. Dalam sekejap mata, sembilan tahun berlalu, tetapi aku tidak melihat tanda-tanda kedatangan Tuhan kembali. Perlahan-lahan, rohku menjadi sangat lemah dan aku merasa bingung "Sekarang adalah akhir zaman, dan nubuat-nubuat tentang kedatangan Tuhan kembali pada dasarnya telah digenapi, tetapi mengapa Tuhan yang telah kita nantikan tetap belum kembali dengan awan untuk menyambut kita?" Setelah itu, aku melihat saudara-saudari di gerejaku juga kehilangan iman mereka. Para pengkhotbah selalu menyampaikan khotbah-khotbah lama yang sama, dan tidak ada kesenangan yang bisa didapat dalam pertemuan ibadah. Jadi perlahan-lahan aku tidak menghadiri pertemuan ibadah, tetapi hanya membaca Alkitab dan berdoa di rumah, dengan waspada menantikan kedatangan Tuhan. Suatu hari di bulan Agustus 2012, Saudari Huang, yang sudah lama tidak pernah bicara denganku dan sesama penduduk desa, tiba-tiba datang ke rumahku. Aku sangat senang melihatnya dan segera mengajaknya masuk. Aku juga menyajikan beberapa buah dan air untuknya. Setelah kami berbincang-bincang sebentar, ia bertanya padaku dengan khawatir "Saudari, bagaimana kondisimu saat ini? Apakah kamu masih menghadiri pertemuan ibadah?" Aku menjawab "Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi sekarang. Tidak ada kenikmatan yang bisa didapat dalam pertemuan ibadah. Iman saudara-saudari semakin dingin. Aku belum menghadiri pertemuan ibadah selama beberapa bulan, tetapi terus berdoa dan membaca Alkitab di rumah, menantikan kedatangan Tuhan." Mendengar ini, dia berkata dengan sungguh-sungguh "Ya! Sekarang, iman kebanyakan saudara-saudari pada umumnya menjadi lemah dan hambar, dan para pengkhotbah tidak memiliki apa-apa yang bisa dikhotbahkan, atau bicara tentang kata-kata hampa yang sama. Tetapi tahukah kamu alasannya? Sebenarnya, itu terutama karena pekerjaan Roh Kudus telah bergerak, dan Tuhan telah datang kembali dan melakukan pekerjaan baru untuk menghakimi, menghajar, dan mentahirkan umat manusia. Ini persis memenuhi firman Alkitab "Karena waktunya akan datang penghakiman harus dimulai di rumah Tuhan" 1 Petrus 417. Jadi gereja-gereja tidak lagi memiliki pekerjaan Roh Kudus. Sama seperti ketika Tuhan Yesus datang untuk melakukan pekerjaan baru-Nya di Zaman Kasih Karunia, Tuhan tidak melakukan pekerjaan di bait suci." Ketika mendengar dia berkata "Tuhan telah datang kembali," Aku merasa sangat terkejut dan berpikir "Mungkinkah Saudari Huang juga telah beralih ke Kilat dari Timur?" Jadi aku bertanya dengan sedih "Saudari, apakah kamu percaya pada Kilat dari Timur?" "Ya, aku percaya," jawabnya. Mendengar ini, aku memperlihatkan wajah murung dan tidak ingin bicara dengannya lagi. Melihatku seperti ini, dia dengan sabar bertanya "Saudari Li, kamu dapat mengajukan pertanyaan apa pun yang kamu miliki, dan kemudian kita dapat memecahkannya bersama dengan mencari kebenarannya." Kemudian aku berkata "Aku mengakui apa yang kamu jelaskan dalam persekutuan cukup masuk akal. Sebenarnya, sembilan tahun yang lalu beberapa orang mengatakan padaku bahwa Tuhan telah kembali, tetapi aku tidak menerimanya karena hal itu dinyatakan dengan jelas dalam Alkitab 'Lihatlah, Dia datang dengan awan-awan; dan setiap mata akan melihat-Nya, juga mereka yang menikam Dia dan semua orang di bumi akan meratap karena Dia' Wahyu 17. 'Yesus yang sama ini, yang terangkat dari antara kalian ke surga, juga akan datang kembali dengan cara yang sama seperti engkau melihat Dia naik ke surga' Kisah Para Rasul 111. Ayat-ayat ini menubuatkan bahwa Tuhan akan tiba di atas awan putih. Tetapi kamu mengatakan bahwa Tuhan telah datang kembali, mengapa aku tidak melihat Tuhan datang kembali?" Setelah mendengar ucapanku ini, dia berkata dengan sungguh-sungguh dan serius, "Itu karena kita tidak mau belajar dan menyelidiki ketika kita mendengar seseorang menyebarkan berita tentang kedatangan Tuhan, dan dengan demikian kita tidak dapat menerima pencerahan dan tuntunan Roh Kudus. Dalam kasus seperti itu, bagaimana kita dapat melihat kenyataan bahwa Tuhan telah datang kembali? Saudari, hendaknya kita mempunyai niat untuk mencari dan menyelidiki dan seharusnya tidak berpegang pada gagasan kita sendiri. Seperti yang dikatakan Tuhan Yesus 'Diberkatilah orang yang miskin dalam roh karena kerajaan surga adalah milik mereka' Matius 53. Tetapi jika kita masih berpegang pada gagasan kita sendiri, kita akan kehilangan kesempatan untuk menyambut kedatangan Tuhan. Saudari Li, apakah kamu setuju denganku?" Mendengar apa yang dikatakannya, aku merenung beberapa saat dan berpikir itu masuk akal. Kemudian, dia mengambil sebuah buku dari tasnya, Gulungan Kitab Dibuka oleh Anak Domba, dan berkata padaku "Saudari Li, dalam Kitab Wahyu, ada banyak bagian dengan nubuat yang mengatakan, 'Barang siapa memiliki telinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang diucapkan Roh kepada gereja-gereja' Lihat Wahyu 2-3. Kata-kata dalam buku ini adalah apa yang Tuhan firmankan kepada gereja-gereja, dan diucapkan pada kedatangan-Nya kembali. Aku akan meninggalkan bukuku di sini dan berharap kamu dapat membaca dan menyelidikinya saat kamu punya waktu." Melihat dia bicara dengan tulus, aku tidak menolak. Setelah dia pergi, aku ragu apakah akan membacanya atau tidak. Saat itu, aku mulai bertanya-tanya Mengapa banyak saudara-saudari yang memiliki iman sejati kepada Tuhan semuanya mulai percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa? Apa yang dikatakan Tuhan Yang Mahakuasa sehingga mereka mau mengikuti-Nya? Karena penasaran, aku meraih buku itu untuk kubaca. Memperhatikan judulnya, Gulungan Kitab Dibuka oleh Anak Domba, aku berpikir, "Kitab Wahyu dalam Alkitab menyatakan bahwa Anak Domba merujuk kepada Tuhan Yesus, dan bahwa hanya Anak Domba yang layak membuka gulungan kitab dan melepaskan tujuh meterai. Mungkinkah kata-kata dalam buku ini benar-benar diucapkan oleh Tuhan Yesus pada kedatangan-Nya kembali?" Bersambung … Bacaan Diperpanjang Memahami misteri menyambut kedatangan Tuhan "Diatas Awan" II PenampilanKahitna dalam konser bertajuk Undian Tabungan Sutera dan Sutera Emas Bank BPD DIY di Gedung Olahraga (GOR) UNY, Sabtu (23/3/2019) malam. Lirik Lagu Merenda Kasih Kahitna. Saat bintang datang. Tampak jelas di awan. Inginku menggapai kejora. Kan kupeluk sungguh. Menghapus duka di diri. Tiada lelah ku.

Melompat ke bacaan harian Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Masa Antara Bacaan Hari Ini Wahyu 14–9; 1911–16; 211–5, 22–27; 221–5 Dengan segera, pasal pertama surat Wahyu membawa kita memandang kemuliaan besar yang jauh melampaui keberadaan kita di bumi ini. “Aku adalah Alfa dan Omega … yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang” 18. Juruselamat “yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita” akan datang kembali, “Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia” 15, 7. Yohanes melanjutkan suratnya dengan menggambarkan sebuah penglihatan luar biasa tentang Kristus sendiri—sebuah perjumpaan yang begitu menakjubkan sampai-sampai Yohanes “tersungkur … sama seperti orang yang mati” Namun, tepat di tengah kedua bagian yang menggambarkan kemuliaan itu ada sebaris kalimat yang mungkin mudah kita lewatkan gambaran singkat Yohanes tentang kehidupannya dan kehidupan para pembaca suratnya. Yohanes menulis bahwa ia adalah “saudara dan sekutu … dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus” Yohanes menulis surat Wahyu saat sedang berada di tempat pembuangan. Surat ini disirkulasikan di antara jemaat yang sedang menderita, menghadapi tekanan dan penganiayaan yang terus memburuk hingga beberapa dekade berikutnya. Penerima mula-mula kitab Wahyu hidup di tengah dua realita yang saling tumpang tindih. Pertama, mereka memiliki jaminan dalam pemerintahan Kristus yang berdaulat serta kedatangan kembali Kristus yang mulia. Kedua, mereka masih berada di bumi, setiap hari mengalami yang namanya menanti dan menderita. Kurang lebih dua ribu tahun kemudian, kita pun masih hidup di tengah dua realita yang saling tumpang tindih ini. Di antara kedatangan pertama Kristus dan kedatangan-Nya kembali dalam kemuliaan, kehidupan kita mungkin juga terasa seperti percampuran dua dunia. Di satu sisi ada Kerajaan Allah dan keyakinan yang pasti. Di sisi lain ada penantian dan penderitaan. Tak heran apabila penuturan jujur Yohanes tentang kesusahan dan perlunya bertekun dengan sabar dirangkai di dalam dan di antara penglihatannya tentang kemuliaan Allah. Penglihatan tentang apa yang akan datang itulah yang memberikan kekuatan dan keberanian untuk bertekun. Perhatikan beberapa realita yang dipotret dalam akhir nan megah kitab Wahyu Kristus yang menang mengendarai seekor kuda putih dan mengalahkan si jahat, langit dan bumi yang baru tanpa dukacita atau kematian, kemah kediaman Allah ada di tengah-tengah umat-Nya 211, 3, serta sebuah kota yang kudus tempat orang-orang dari segala bangsa berkumpul di dalam terang kemuliaan Allah. Saat kita bisa melihat realita-realita yang akan datang ini, situasi kita di dunia yang sementara ini—separah apa pun itu—terasa tidak lagi terlalu penting. Perlunya bertekun dengan sabar diulangi beberapa kali dalam Wahyu 1-3, seringkali dipasangkan dengan ungkapan tentang kemenangan dan keberhasilan menaklukkan. Bertekun tidak hanya berarti sabar, tetapi juga teguh, berani, dan kuat. Inilah yang diberikan Allah kepada setiap kita yang hidup di masa antara. Dalam Kristus,—seperti yang dikatakan dalam lirik sebuah lagu—kita menemukan “kekuatan dan pengharapan tiap hari”. Kelli B. Trujillo Senin Memberitakan Pengharapan Bacaan Hari Ini Zakharia 99–17; Roma 53–5, 818–30 “Pengharapan dimulai dalam gelap …” perkataan Anne Lamott dalam bukunya Bird by Bird ini tidak bisa saya sanggah. Apa yang ia sampaikan belakangan telah menjadi salah satu tema dalam hidup saya—bukan sebagai suatu pemikiran belaka, tetapi sebagai sesuatu yang nyata dijalani, suatu pergumulan, suatu komitmen, suatu disiplin. Menurut ahli teologi Jürgen Moltmann, pengharapan itu berakar pada kebangkitan Yesus dan upaya nyata untuk mengubah keadaan. Adakalanya pengharapan menjadi satu-satunya bahasa yang cukup kuat untuk melawan keputusasaan. Dalam bahasa Lamott, pengharapan itu adalah sejenis “kesabaran yang revolusioner”. Apa pun definisi pengharapan, sesuatu di dalam jiwa kita menyuarakannya. Terkadang terdengar kecil, seperti sebuah bisikan, tetapi suara itu ada di sana. Pengharapan terpancar dari kedalaman jiwa, dan seringkali lahir dari situasi yang kelam. Saat situasi serba kacau dan membingungkan, pengharapan muncul. Di hari-hari tertentu, rasanya kita masih berada di bawah mendung pekat yang menyelimuti bumi saat Yesus disalib. Beratnya kehidupan di dunia ini terasa seperti kegelapan. Elie Wiesel, saat menceritakan tentang kengerian kamp konsentrasi Auschwitz dan peristiwa Holocaust, hanya bisa menyebut kegelapan itu sebagai “Malam”. Penderitaan adalah sebuah kenyataan yang harus kita akui. Dalam pengharapan pun, kita bisa menderita. Saya duduk bersama nenek saya beberapa waktu lalu dan minta ia menceritakan tentang kehidupannya. Awalnya ia tidak mau. Tak terbayangkan bekas luka apa saja yang telah ditanggung jiwanya selama lebih dari 80 tahun. Ia telah menjalani kehidupan yang keras. Sulit untuk menggambarkan bagaimana ia hidup di wilayah Selatan sebagai seorang perempuan berkulit hitam. Ada satu kata yang tampak menggambarkan keberaniannya untuk bertahan di tengah dunia yang kejam cinta. “Tuhan belum pernah mengecewakan saya,” katanya. Cinta yang radikal, mengubahkan hidup, mengubahkan komunitas, mengubahkan dunia, adalah cara hidup Yesus. Ia telah datang untuk memberitakan kabar baik Kerajaan Allah serta menyembuhkan segala macam penyakit dan penderitaan. Memberitakan pengharapan adalah sebuah cinta yang berbahaya. Martin Luther King Jr. berkata, “Kekuasaan terbaik adalah cinta yang mengimplementasikan tuntutan keadilan, dan keadilan terbaik adalah cinta yang mengoreksi segala sesuatu yang bertentangan dengan cinta.” Inilah artinya menjadi orang yang berdiri di dunia ini untuk memberitakan cinta, kuasa, dan keadilan, atau dalam bahasa nabi Zakharia, menjadi “orang tahanan yang penuh harapan” 912. Seseorang pernah menulis kalimat berikut “Ku tak tau kan hari esok, tetapi aku tahu siapa yang pegang hari esok”. Esok hari akan datang, tetapi hari ini, aku akan memberitakan pengharapan. Dante Stewart Renungan ini diadaptasi dari artikel berjudul “Why We Still Prophesy Hope,”, diterbitkan pada tanggal 21 Oktober 2019, di situs web Selasa Datanglah Tuhan Yesus Bacaan Hari Ini Yohanes 11–5, 14; Wahyu 2212–13, 20 Dalam Injil yang ditulisnya, Yohanes berkata, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. … Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” 11, 14. Kita memiliki Allah yang telah datang. Dia datang untuk membuat apa yang tidak bisa disentuh menjadi bisa disentuh, dan apa yang tidak kelihatan menjadi kelihatan. Dia datang menyatakan diri-Nya untuk bisa kita kenal. Namun, kita memiliki pengharapan bukan hanya karena Dia sudah datang, melainkan juga karena Dia akan datang. Dia akan datang kembali. Janji inilah yang bisa membuat kita menemukan makna dalam penderitaan dan frustrasi kita di dunia. Saat Dia datang kembali, orang benar akan dibuktikan benar. Saat Dia datang kembali, Dia akan membawa keadilan atas olok-olok yang Anda hadapi karena percaya kepada Allah yang tidak terlihat. Saat Dia datang kembali, orang-orang yang berusaha mengangkat diri mereka sendiri sebagai penguasa akan dilengserkan, dan kita akan melihat bahwa sebenarnya hanya ada satu Penguasa dan Raja yang sejati. Dalam sekejap, apa yang selama ini kita imani, akan kita saksikan di depan mata. Pribadi yang selama ini kita kenal dalam doa dan yang kita beritakan, akan kita lihat secara langsung. Dalam Wahyu 22, Yesus berkata, “Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir” Yohanes mencatat, “Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman, Ya, Aku datang segera!’” Seakan-akan tidak punya kata lain untuk menutup suratnya, Yohanes menulis, “Amin, datanglah Tuhan Yesus!” Menatap masa depan, mungkin ada hal-hal yang tidak kita kehendaki terjadi atas bangsa kita. Mungkin ekonomi tidak berkembang sebagaimana yang kita harapkan. Mungkin ada lebih banyak anak yang disakiti di jalanan, baik oleh senjata, oleh perdagangan manusia, atau oleh obat-obatan yang disalahgunakan. Banyak pernikahan mungkin penuh pergumulan. Kita mungkin menderita sakit-penyakit. Kita mungkin khawatir akan anak-cucu kita. Dalam semua yang kita alami, perkataan ini memberi pengharapan Datanglah Tuhan Yesus. Apa pun yang kita hadapi, kita tahu bahwa Dia akan datang kembali. Suatu hari, langit akan terbuka, malaikat akan meniup sangkakala, dan seluruh dunia akan melihat-Nya bersama-sama. Segenap ciptaan akan merespons saat Tuhan kita melangkah turun dari surga untuk berkata, “Sekarang Aku telah datang untuk menebus umat-Ku”. Amin. Datanglah, Tuhan Yesus. Charlie Dates Artikel ini diadaptasi dari khotbah Charlie Dates tanggal 22 Desember 2019. Digunakan dengan izin. Rabu Adven and Akhir Zaman Bacaan Hari Ini Markus 1324–37; Lukas 2125–28 Selama masa Adven, kita mendengar pembacaan bagian-bagian Kitab Suci yang berbicara tentang kegelapan, kesusahan, dan akhir zaman. Matius, Markus, dan Lukas, masing-masing punya satu pasal yang berbicara khusus tentang akhir zaman. Dalam Markus 13, Yesus berkata, “… bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan” Bagian selanjutnya dari pasal itu menggambarkan situasi yang makin kelam, “… pada masa itu, sesudah siksaan itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit, dan kuasa-kuasa langit akan goncang” Mengapa Yesus justru berbicara tentang kematian dan kehancuran, bukan tentang domba, gembala, dan bala tentara surga? Dalam Kitab Suci, tulisan tentang akhir zaman lahir pada masa kesusahan. Israel adalah umat pilihan, Allah telah menjanjikan kepada mereka masa depan yang aman dan sejahtera. Namun, kemudian, mereka ditaklukkan dan diangkut ke pembuangan di kerajaan Babel. Dalam pandangan manusia, tidak ada pengharapan bagi mereka. Saat umat Israel mengalami krisis, mereka ada dalam situasi “darurat teologis.” Dalam masa darurat inilah pemikiran baru tentang akhir zaman terbentuk. Dimulai dari bagian kedua kitab Yesaya pasal 40-55—ditulis pada masa pembuangan di Babel saat pengharapan sepertinya sudah tidak ada lagi—dan terus berkembang dari sana. Pada zaman Yesus, pembicaraan tentang akhir zaman sudah ada di mana-mana. Yang terpenting dari teologi akhir zaman adalah teologi pengharapan—dan pengharapan adalah kutub yang berlawanan dengan optimisme. Optimisme bisa sirna ditelan kegelapan, kontras dengan pengharapan, yang ditemukan dalam sesuatu yang melampaui gelapnya sejarah manusia. Pengharapan ditemukan di dalam Allah yang berinkarnasi. Injil Lukas mencatat, saat Yesus bicara tentang akhir zaman, tentang “tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang” dan bagaimana “bangsa-bangsa akan takut dan bingung”, Dia mengakhirinya dengan mengatakan bahwa manusia “akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya” 2125–27. Yesus sedang bicara tentang kedatangan-Nya yang kedua kali. Dia sedang mengatakan bahwa pengharapan besar kita datang bukan melalui kemajuan peradaban umat manusia, melainkan melalui diri-Nya. Dia berdaulat, memiliki kuasa atas segala sesuatu, dan tidak bergantung pada sejarah manusia. Sekalipun kegelapan begitu nyata, Allah dalam Kristus sedang membentuk sejarah kita sesuai dengan tujuan-Nya yang ilahi. Masa Adven menyatakan bahwa kita dapat menghadapi kegelapan, apa pun nama kegelapan itu. Namun, ceritanya tidak berakhir di sana. Yesus berkata, “bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.” Fleming Rutledge Artikel ini diadaptasi dari artikel “Why Apocalypse Is Essential to Advent,” diterbitkan tanggal 18 Desember 2018 di situs web Kamis Sebuah Pertanyaan yang Lebih Penting Bacaan Hari Ini 2 Petrus 38–15 Mengapa begitu lama? Mengapa Yesus belum juga kembali seperti yang Dia janjikan? Hal-hal ini mungkin pernah ditanyakan oleh para penerima surat kedua Petrus—pertanyaan-pertanyaan yang terus menggema sampai hari ini. Petrus menjawab mereka dengan jaminan yang aneh Pertama, bahwa waktu Allah merefleksikan kesabaran dan kasih-Nya yang menyelamatkan 38-9. Kedua, bahwa hari Tuhan itu menakutkan dan akan melibatkan kehancuran dengan api. Bahasa akhir zaman seperti yang dipakai Petrus mirip yang dipakai Yesus di Markus 13 dan Lukas 21 tentunya membuat kita berpikir sejenak. Apa maksudnya dengan “hangus dalam nyala api” dan “langit akan binasa dalam api”? Apakah ini sesuatu yang harus kita takutkan? Ayat-ayat sebelumnya dalam 2 Petrus menyediakan perspektif untuk memahami bahasa kehancuran yang dipakai di pasal 3. Dalam pasal 25, kita membaca tentang situasi serupa pada zaman Nuh, saat Allah menghancurkan bumi dengan air bah. Penghakiman di masa itu tidak berarti Allah menyapu bersih semua ciptaan-Nya. Penghakiman terakhir dengan api kemungkinan juga demikian, Allah tidak akan menghanguskan seisi bumi untuk mendatangkan langit dan bumi yang baru. Sebagaimana yang digambarkan Petrus dalam Kisah Para Rasul, Kristus tinggal di surga “sampai waktu pemulihan segala sesuatu seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu” 321. Dunia yang baru akan datang melalui pemulihan besar dari Allah dan desain ulang dunia yang kita miliki sekarang. Terangkai dalam bagian ini, Petrus memberikan satu pertanyaan penting yang sepatutnya kita perhatikan lebih daripada pertanyaan tentang kapan dan seperti apa kedatangan kembali Kristus itu. Mengetahui bahwa hari kedatangan Tuhan akan segera tiba, Petrus bertanya, “bagaimana seharusnya kalian hidup” 2Ptr. 311 BIS. Petrus mendorong pembaca suratnya untuk hidup kudus dan saleh, “menantikan” langit dan bumi yang baru dengan penuh pengharapan Kita melihat tema yang sama ditekankan dalam surat Petrus yang pertama, saat ia sungguh-sungguh mendorong orang percaya untuk hidup dengan penuh keyakinan, sukacita dan kewaspadaan, berfokus penuh pengharapan pada kedatangan Kristus 1Ptr 13-5, 13. Kita adalah orang-orang yang memiliki pengharapan, sama seperti orang yang sudah diberi bocoran tentang akhir sebuah novel yang penuh dengan drama tak terduga. Kita tahu akhir ceritanya. Pengetahuan tentang akhir luar biasa yang menanti kita itu dapat mempengaruhi bagaimana kita menghadapi situasi sekarang. Kita mungkin tidak bisa tahu kapan atau bagaimana itu akan terjadi, tetapi kita dapat percaya bahwa pada akhir zaman akan ada penghakiman, sekaligus pembenaran bagi umat Allah. Bagaimana berita tentang penghakiman terakhir bisa membuat kita terhibur dan bukannya takut? Allah akan membuat bagian-bagian terbaik dunia ini menjadi makin baik, lebih dari yang bisa kita bayangkan. Penghakiman, pembenaran, dan transformasi akan datang. Tanah Perjanjian sejati menanti. Vincent Bacote Jumat Menanti Pestanya Dimulai Bacaan Hari Ini 1 Tesalonika 413–511 Salah satu hal yang suka saya lakukan sebagai seorang profesor adalah memutarkan film-film yang mungkin dilabeli orang sebagai “film akhir zaman”. Banyak film dalam ketegori ini berfokus pada momen Pengangkatan, sebuah penafsiran 1 Tesalonika 417, yang memahami frasa “akan diangkat” sebagai gambaran kedatangan kembali Kristus yang tidak kelihatan untuk membawa umat-Nya ke surga bersama-Nya sebelum masa Kesusahan Besar tiba. Film-film ini bertujuan untuk menciptakan kesadaran bahwa Yesus bisa datang kapan saja. Ada banyak pendapat tentang Pengangkatan dan isu-isu akhir zaman lainnya. Saat membaca 1 Tesalonika 4-5, kita bisa dengan mudah berfokus hanya pada bagian yang membicarakan hal tersebut. Namun, ada banyak poin penting lain tentang kedatangan kembali Kristus, yang juga patut mendapat perhatian kita, termasuk apa yang tampaknya menjadi penekanan Paulus di sini bagaimana menghibur orang-orang Kristen yang masih hidup, terkait status orang-orang percaya yang sudah meninggal. Apakah mereka yang sudah meninggal akan “ketinggalan” dan tidak mengalami kedatangan Yesus kembali? Inilah penghiburan Paulus untuk jemaat di Tesalonika dan juga kita kita tidak perlu khawatir Allah akan melupakan mereka yang sudah meninggal. Kebangkitan Kristus adalah sebuah jaminan bahwa kematian tidak akan menghalangi mereka untuk ikut masuk ke dalam dunia baru yang akan tiba bersamaan dengan kedatangan Kristus yang kedua. Baik kita masih hidup atau sudah meninggal, relasi kita dengan Kristus adalah satu-satunya yang diperlukan untuk kita bisa terdaftar sebagai tamu undangan saat hari kedatangan Tuhan itu tiba. Saat Kristus datang, akan ada pembukaan yang megah, lengkap dengan musik yang meriah. Trompet Allah akan berbunyi 416 BIS—gambaran yang tentunya dipahami jemaat di Tesalonika sebagai kembalinya seorang pemimpin terhebat yang telah menang. Tidak seperti bunyi trompet lain, trompet ini akan membangkitkan orang-orang yang mati dalam Kristus untuk menyambut kedatangan Kristus, bersama-sama dengan mereka yang masih hidup. Gambaran serupa bisa kita baca dalam surat pertama Paulus kepada jemaat di Korintus. Di sana juga dibahas tentang kematian, “musuh terakhir” yang akan dihancurkan Kristus 1526. Paulus meyakinkan jemaat di Korintus bahwa “pada waktu terdengar bunyi trompet itu, orang-orang mati akan dihidupkan kembali dengan tubuh yang abadi, dan kita semuanya akan diubah” 1552 BIS. Sengat maut kehilangan kuasanya karena kemenangan Kristus yang sempurna. Sembari menantikan hari itu, kita dipanggil untuk mempersiapkan diri “berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan” 1Tes 58. Kedatangan yang seperti “pencuri di waktu malam” ini akan sangat mengejutkan, karena hanya Allah sendiri yang tahu kapan hari tersebut akan tiba—tetapi hari itu akan menjadi pesta kejutan terbesar yang pernah ada bagi setiap kita yang menanti-nantikan kedatangan-Nya. Vincent Bacote Sabtu Pengharapan Bagi Yang Disfungsi Bacaan Hari Ini 1 Korintus 11–9 Saat kita membaca tentang kedatangan kembali Kristus dalam 1 Korintus, penting untuk mengingat konteks surat Paulus ini. Jemaat di Korintus adalah sebuah komunitas yang penuh dengan masalah. Ada perpecahan dalam jemaat yang mendukung pemimpin mereka masing-masing, ada skandal seksual, ada kontroversi tentang daging persembahan untuk berhala, dan banyak lagi. Meskipun komunitas Kristen ini mengalami banyak disfungsi, dalam 1 Korintus 11-9, Paulus menyebut mereka sebagai orang-orang yang dikuduskan “saints” atau orang-orang suci dalam terjemahan King James. Paulus kemudian mengingatkan bahwa Allah telah begitu bermurah hati kepada mereka dengan menyediakan karunia-karunia rohani dan menggambarkan mereka sebagai umat yang “menantikan” kedatangan Kristus kembali. Paulus menekankan kasih karunia Allah ay. 4 dan komitmen-Nya bagi mereka “Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya” Sekalipun iman mereka lemah sebagaimana tampak dalam perilaku dan sikap mereka yang berdosa, kesetiaan Allah kepada mereka dan juga kita meliputi komitmen-Nya untuk menolong umat-Nya bertumbuh dan diubahkan makin serupa Kristus. Sementara pasal 1 menekankan bahwa Allah, dengan kasih karunia-Nya akan meneguhkan jemaat di Korintus sampai kepada kesudahannya, dalam surat yang sama Paulus menggambarkan kedatangan Kristus dan mendesak jemaat di Korintus, “Saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah” 1558, penekanan dengan huruf miring ditambahkan. Paulus memanggil mereka untuk memiliki keteguhan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari penantian akan kedatangan Kristus kembali. Terlepas dari banyaknya kesalahan dan kegagalan mereka, Paulus memanggil mereka untuk mengalami transformasi dan memiliki determinasi. Kita melihat gambaran keteguhan serupa dalam surat Paulus yang lain “Sementara kita “menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan pernyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus,” kasih karunia Allah “mendidik kita supaya meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi” Titus 211–14. Membaca 1 Korintus atau surat-surat Paulus lainnya, mau tidak mau kita akan memperhatikan betapa kuatnya Paulus membahas soal dosa dan disfungsi. Namun, sebagaimana yang ditunjukkan dalam 1 Korintus 18-9, tanggapan Paulus terhadap masalah-masalah yang besar itu selalu dilatarbelakangi dengan pengharapan yang besar. Kita dipanggil untuk melakukan bagian kita, sementara Allah, dalam kasih karunia-Nya, juga terus melakukan pekerjaan-Nya dalam hidup kita. Jemaat di Korintus adalah sebuah contoh, sekaligus sebuah penghiburan bagi kita. Kebanyakan kita mungkin pernah mengalami momen disfungsi rohani kita masing-masing, tetapi kegagalan kita tak seharusnya menjadi fokus utama kita. Sebaliknya, kita dapat melihat kepada Yesus, yang tidak hanya membuat rekonsiliasi dengan Allah menjadi mungkin, tetapi yang juga berkomitmen menolong kita supaya kita dapat menghadap Allah dengan tidak bercacat saat kerajaan-Nya tiba. Puji Tuhan, kesetiaan-Nya lebih besar daripada disfungsi kita. Vincent Bacote Kontributor Image Photos courtesy of contributors; Fleming Rutledge photo by Gregory Schreck. Vincent Bacote adalah lektor kepala bidang teologi di Wheaton College. Beliau adalah penulis buku The Political Disciple A Theology of Public Life. Charlie Dates adalah gembala sidang di Chicago's Progressive Baptist Church. Beliau meraih gelar PhD dalam Teologi Historis dari Trinity Evangelical Divinity School. Fleming Rutledge, seorang pendeta gereja episkopal, melayani selama 21 tahun di gereja lokal sebelum kemudian menjadi seorang dosen, penulis, dan guru dari banyak pengkhotbah lainnya. Beliau adalah penulis buku The Crucifixion. Danté Stewart adalah seorang penulis dan pengkhotbah yang belajar di Fakultas Teologi Candler di Universitas Emory. Diterjemahkan oleh Echa Puspita -[ This article is also available in English, español, Português, Français, 简体中文, 한국어, 繁體中文, and Galego. See all of our Indonesian Bahasa Indonesia coverage. ]

V5qGcG.
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/678
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/397
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/89
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/434
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/775
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/160
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/107
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/527
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/206
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/841
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/304
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/508
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/372
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/614
  • 4jsg0b54aw.pages.dev/870
  • dia datang diatas awan